Namaku Dearti. sapaan akrabku k’de. Orang kampungku memanggilku dengan nama Dedek. Terkadang dikampus aku dipanggil Dea. Aku dilahirkan sejak 23 tahun yang lalu disebuah rumah tua kami. Kata ayahku kami pindah kerumah baru sejak aku berusia tiga tahun. Aku dibesarkan dalam kelurga sederhana, tidak terlalu kaya dan tidak juga keluarga miskin. Latar belakang keluargaku juga biasa saja, bukan dari keluarga terpelajar dan bukan juga keluarga jauh dari ilmu. Dalam beragama, keluargaku bukanlah seorang yang panatik dan bukan juga seorang yang liberal.
Kedua orang tuaku adalah seorang petani, ayah dan ibuku adalah pekerja keras. Mereka sangat kompak dalam bekerja. Walau terkadang mereka sering bertengkar tapi mereka tetap akur. Ayahku sangat bijaksana dalam mengambil keputusan. Ia orang yang sangat berani. Sedangkan Ibuku, dalam egonya ia sering mengalah terhadap keputusan yang diambil ayahku. Ibuku sangat pandai memasak.
Kakakku punya sikap keras kepala, tapi dalam hal lain ia begitu pengertian. Adikku yang pertama sangat cerdas dalam berfikir dan bergaul tapi ia sangat peritungan dalam masalah keuangan. Adikku yang kedua, hatinya lembut, suka mengalah tapi ia pemalu. Sedangkan aku, Kata ibuku aku sering merajok/pentong tapi katanya aku rajin bekerja.
Waktu kecil aku sering sakit-sakitan, makanya sekarang tubuhku paling kecil dibanding saudara-saudarku. Aku gak pernah kegemukan walaupun aku banyak makan. Apalagi saat kuliah, ibuku sangat khawatir dengan tubuhku yang kurus. Walau gak kurus-kurus amat.
Sejak kecil kami dibesarkan tidak jauh dari sawah. Panas dan lumpur sudah terbiasa kami hadapi. Bahkan seharian kami sering gak pulang-pulang. Bekerja di sawah sudah terbiasa aku lakukan hingga aku juga terbiasa mencari uang dengan mengharapkan upah dari hasil kerja bermandikan keringat selama setengah hari di sawah.
Dikampung aku punya geng, kini kami sudah terpencar sesuai dengan profesi masing masing, ada yang masih kuliah, ada yang bekerja ke malaysia, ada yang sudah menikah, ada yang bekerja dikampung, dan ada juga yang sudah punya anak. Teman-temanku ini telah banyak memberikan pengalaman untukku. Pengalaman baik maupun buruk. Bersamanya aku biasa jalan-jalan malam hari, mereka mengajarkan aku berkenalan dengan cowok-cowok dan mengajarkan aku bergaul serta bermasyarakat. Kami sering rekreasi bersama, apalagi saat lebaran, setiap tempat rekseasi terdekat kami kunjungi.
Sejak di SD aku aktif di Pramuka, biasa menjadi pinpinan regu. Aku sering pergi perkemahan ke mana saja. Saat inilah aku suka bermain. Terkadang aku gak pulang kerumah terlebih dahulu. Aku sangat senang mata pelajaran matematika. Ibu gurunya sangat baik hati, aku selalu mendapat nilai tinggi mata pelajaran ini, tapi aku kurang dalam mata pelajaran lainnya.
Saat SMP aku sudah mulai melirik-lirik cowok-cowok ganteng. Aku mulai keluyuran malam minggu, layaknya pemuda-pemudi di desaku. Walau menggunakan sepeda aku berangkat bahkan jalan kaki kami nekat. Aku mengenal pacaran sejak kelas 2 SMP, walau pacaran aku jarang berdua-duaan.
Saat SMA, aku pernah dibilang cewek tomboy, katanya jalanku mirip jalan laki-laki, gak ada lenggak lenggoknya. Kalo beradu otot aku sering menang. Mungkin juga karna saat itu aku tidak mengunakan jilbab.Walau tidak pake jilbab aku rajin sholat. Kata ayahku, mumpung masih muda, masih belum sibuk, rajin-rajinlah sholat. Karna jika sudah punya anak banyak halangan untuk sholat. Ayahku selalu menyuruh kami sholat.
Aku menggunakan jilbab sejak SMA kelas 2, sejak itulah aku ingin belajar lebih anggun. Saat itu aku sangat dekat dengan guru biologi, ia juga pake jilbab, aku tertarik dengan sikapnya. Sungguh anggun, cantik dan perhatian. Ia banyak mengajari aku tentang islam, meminjamkan buku dan majalah islam. Kami sering berdiskusi. Dialah orang yang telah memberikan pencerahan, dorongan dan masukan. Aku selalu dimotivasinya untuk kuliah dan aktif di rohis.
Waktu SD aku bercita-cita menjadi pedagang, saat SMP aku bercita-cita menjadi guru, saat SMA aku bercita-cita menjadi dokter. Tapi waktu kuliah aku bercita-cita menjadi penulis. Walau untuk menjadi seorang penulis tidak semudah yang kubayangkan, tapi aku tetap berusaha semaksimal mungkin. Walau sulit tidak ada kata menyerah untukku.
Kini aku sudah selesai kuliah, namun tidak ada satupun cita-citaku yang tercapai. Mungkin Allah berkehendak lain atas diriku. Aku yakin rekayasa Allah lebih baik dari pada rekayasa manusia. Harapanku sekarang pengennya menikah, sambil meniti karir dan kalo ada kesempatan aku ingin melanjutkan kuliah sekaligus meniti cita-cita yang belum tercapai. Itulah mimpiku, walau sekedar bermimpi, aku yakin jika Allah berkehendak tidak ada yang mustahil baginya.
Orang tuaku sangat berjasa terhadap kehidupanku, sejak kuliah aku bercita-cita membahagiakan mereka. Aku ingin mereka bangga terhadapku. Saat aku wisuda aku melihat senyum keceriaan diwajahnya. Karna aku berhasil menjadi mahasiswa tercepat di jurusan Dakwah dengan nilai yang cukup baik.