Senin, 22 Desember 2008

Yang Jadi Kenangan

Sabtu, 30 Agustus 2008 adalah hari paling bersejarah dalam hidupku.. Disaat itulah aku harus berjuang mempertahankan SKRIPSI ku didepan dosen penguji. Saat pertama menghubungi dosen penguji aku sangat merasakan takut dan berdebar seolah aku tidak yakin atas Ujian yang akan aku laksanakan. Kuutarakan semua ketakutanku pada orang yang dekat denganku. Diantara mereka masing-masing memberikan semangat padaku. Sengat yang sangat aku ingat adalah pesan rabuan, ketika didepan dosen kamu merasa takut maka tarik nafas dalam-dalam kemudian lepaskan, ulangi beberapa kali, dan anggap kita paling tau di situ. Pesan ayahku, kamu jawablah seperti apa yang kamu tulis, kamu pasti bisa menjawabnya karna itu tradisi sambas, tradisi kita. Pesan k santa, jangan takut, biasa saja!!!, pesan k nur persiapkan diri dekatkan pada illahi, pesan k fatimah jangan sampai dosen sakit hati, jika salah akui kesalahannya. Jika kita merasa benar pertahankan pendapat kita. Pesan dian, jangan takut anggap aja dosen itu teman, dan banyak pesan lainnya yang aku lupa. Waktu seminggu membuat aku berdebar-debar, rasa demam, takut, hawatir, hinnga akhirnya aku pergi ke gramedia untuk menenangkan diri. Di gramedia aku menemukan sebuah buku tentang konunikasi. Disitu ada judul tentang menghilangkan rasa takut saat presentasi, langsung ku buka dan kupahami isinya dan kuikuti perintah yang ada didalamnya. Dalm buku itu berpesan saat presentasi haruslah berpenampilan diatas audien kita, kuasai materi yang akan disampaikan, gunakan alat bantu berupa slide, jangan tergesa-gesa saat menyampaikan. Aku pulang dari gramedia dengan hati tenang. Waktu yang tinggal beberapa hari aku manfaatkan dengan baik. Ku persiapkan slide dengan sebaik baiknya, semua kebutuhan ujian aku persiapkan se dini mungkin, pakaian aku beli yang baru, minuman dosen udah aku persiapkan, buku-buku sudah aku pinjam. Makanan udah aku serahkan kepada teman untuk mengurusnya. 3 malam sebelum ujian aku tidur selalu termimpi-mimpi, 3 malam sebelumnya aku bermimpi sedang menjawab pertanyaan dosen, 2 malam sebelumnya aku bermimpi ujian dengan nilai A, 1 malam terakhir aku juga bermimpi sedang ujian, malam itu aku tak bisa tidur nyenyak, selalu teringat ujian besok. Di sepertiga malaam aku berdoa dengan Allah dengan penuh harap dan kerendahan diri. Aku mohon padanya agar dilancarkan lisanku untuk menjawab semua pertanyaan, aku mohon nilai yang bagus, serta aku bernazar dengannya untuk berpuasa 2 hari jika aku mendapatkan nilai A. Malam itu aku menangis sejadi-jadinya di sertai doaku yang panjangitu aku hawatir mau tidur lagi karena mataku sudah bengkak akibat tangisanku, biasanya jika aku tidur setelah menangis maka mataku akan bengkak sehingga aku malu untuk memperlihatkannya. Malam itu hatiku selalu berdebar pertanyaan apa yang akan ditanyakan besok. Malam itu juga semua perlengkapan ujian sudah aku rapikan dalam tas, sehinga pada sabtu pagi aku berangkat dengan persiapan yang matang.
Ketika berada dikampus sudah beberapa orang yang datang di Jurusan dakwah untuk mengurus skripsi mereka masing-masing. Aku mengurus segala perlengkapan ujian, posisi meja aku beri jarak yang jauh dari penguji. Laptop mulai aku hidupkan, air mulai aku hidangkan. Jam 08.00 penguji datang tepat waktu, kemudian abah, kemudian p yusriadi, kemudian p bambang, baru p jaiz. Hatiku mulai berdebar menghadapi mereka. Kutarik nafas dalam-dalam kemudian aku lepaskan, sambil menggelola hati aku ulangi pernafasan tersebut sampai aku merasakan ketenangan. Aku merasa dosen sedang memperhatikan diriku aku pura-pura bersikap tenang dan penuh kesiapan. Padahal dalam hatiku berkecambuk rasa takut. Makanan belum datang, aku kecewa karna terlambat datangnya. Hanya air yang bisa aku hidangkan untuk dosen. Aku selalu mengondisikan hatiku dengan setenang-tenangnya. Tampa terasa ketakutan mulai berkurang dan hanya keberanian yang ada. Aku lalui Ujian dengan konsentrasi penuh. Tapi pada dosen penguji 2 aku mulai melemas dan tidak terlalu mempedulikan mereka. Akhirnya ujian selesai jua tampa terasa. Hatiku merasa tenang ketika di suruh keluar untuk menunggu hasi ujian. Ketika disuruh masuk aku duduk kembali dan dipersilakan berdiri. Ketika berdiri aku berdoa ya Allah semoga Nilainya A. Ternyata doaku terijabah. Itulah yang aku harapkan dari awal. Maka resmilah aku menyandang S. Sos. I dengan nilai skripsi 80,4 dan IP 3,55. rasanya aku ingin segera sujud syukur tapi keadaan tidak memungkinkan. Aku menagis, betapa Allah menolong hambanya. Setelah ujian aku menyadari bahwa pertolongan Allah amat dekat dan ia mengabulkan doa hambanya. Teringat olehku Seminggu sebelum ujian aku memperbnyak sholat tahajud dan doa di malam hari. Aku menelpon orang tua untuk mendaokan ku. Malam terakhir aku menyuruh mereka untuk tahajud.
Setelah ujian aku menandatangai surat pernyataan perbaikan SKRIPSI, dan mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbingku. Dan aku mendapatkan jawaban yang menyenangkan. Segera aku menelpon ke rumah untuk memberitahukan nilai ujianku, tapi sayang Hpku tak kedengaran suaranya dan adikku juga sibuk. Segera aku SMS Murobbiku dan bilang aku baru saja selesai ujian dan nilainya A, SMS terpending, kemudian aku teringat SMSdari ikhwan santun, kubalas SMSnya dan bilang aku baru selesai ujian SKRIpSI dan nilainya A, aku senang sekali hari ini. Tiada balasan. Tak lupa aku juga sms adikku dan memberitahukan berita gembira ini. Saat dalam perjalanan mengantar K lilis ada 2 sms masuk, ku buka ternyata balasan dari ihwan santun dan murobbiku. Mereka mengucapkan selamat kepadaku, betapa senang hatiku mendapat SMS dari orang yang paling aku sayang saat itu. Sehari pada hari tersebut suatu yang membuat hatiku berbunga-bunga. Apalagi saat hari itu juga tanpa disangka aku juga bertemu dengan ikhwan santun tersebut dalam agenda pawai taaruf ramadhan. Ramadhan kali ini merupakan kado dari ujian SKRIPSIKU.
Minggu pagi aku menelpon orang tuaku dan mengatakan bahwa aku udah selesai Ujian dan terimakasih telah mendoakan aku. Dan dijawabnya kemaren malam umak dan ayah solat tahajud mendoakan kau. Rasanya senang sekali aku mendengarnya. Sungguh doa orangtua sangat mudah untuk diijabah.
Begutulah ceritanya aku sangat senang dengan nikmat yang Allah berikan ini, kini aku hanya memikirkan strategi seterusnya yang akan aku tempu, teknik-teknik yang akan aku hadapi dan yang akan aku lakukan di pontianak ini. Aku punya modal. Motor laptop dan printer, semoga aku bisa memanfaatkannya dengan baik. Ya Allah hanya kepadamu aku memohon.
Aku ingin melanjutkan ke STUDI selanjutnya tapi munkinkah itu terjadi, aku tidak mempunyai dana yang cukup untuk berangkat, aku tidak punya modal keberanian untuk bergerak, aku hanya ada modal niat yang dalam dari hati yang paling dalam. Kemanakah arah hidupku. Menikah ataukah S2. pengennyasih Menikah dulu baru S2. tapi mungkinkah. Hanya tuhan yang tau aku serahkan semuanya pada Nya. Dia lebih tau apa yang terbaik utukku dan apa yang harus aku lakukan. Aku hanya memohon petunjuk dariNya.

Pengalaman Penelitian

Pengalaman penelitian ini merupakan pengalaman pertamakali saya melakukan penelitian. Penelitian saya berjudul Islam dan budaya lokal studi atas pernikahan menurut adat Sambas di desa Sungai Kelambu kecamatan Tebas kabupaten Sambas yang saya lakukan pada tahun 2008. Desa ini merupakan desa saya sendiri.
Dalam penelitian yang saya lakukan terdapat kenangan indah, kemudahan-kemudahan dan kesulitan. Pengalaman-pengalaman berharga tersebut mengajarkan kepada saya untuk berani berinteraksi dengan orang-orang yang baru dikenal. Selain itu juga mengajarkan kepada saya tentang tatakrama, sopan santun, keterampilan berkomunikasi dan memasang sterategi untuk mendapatkan data.
Pergi ke kantor camat merupakan hal baru bagi saya, sehingga diperlukan keberanian didalamnya. Berani menghadapi orang-orang yang lebih intelektual dibandingkan dengan masyarakat disekitarnya. Sebelum berangkat ada perasaan takut dan malu. Demi sebuah tujuan saya hadapi semua rasa tersebut dengan iklas. Tampa diduga pelayanan pengurus kecamatan sangatlah baik karna saya ditunjukkan dengan sopan tempat pengambilan data tersebut bisa diambil. Data yang peneliti ambil disini adalah profil kecamatan dan desa yang sedang saya teliti. Walau harus menunggu orang yang berhak memberikan data tersebut saya tetap menunggunya di kantor camat. Sambil ngobrol panjang dengan pegawai kecamatan.
Pengambilan data pada narasumber juga perlu strategi seperti, menentukan waktu wawancara, teknik menyampaikan pertanyaan dan mendengarkan jawaban yang diberikan. Saat wawancara berlangsung narasumber sangat bahagia karna saya meneliti budaya sendiri yang selama ini mulai kendur. Kebetulan narasumber yang saya wawancarai adalah pengurus Majlis Adat Budaya Sambas (MABM). Selain berdiskusi tentang penelitian yang peneliti lakukan kami sempat berdiskusi tentang budaya Sambas secara umum. Selain wawancara dengan ketua MABM saya juga melakukan wawancara dengan tokoh masnyarakat yang lebih tua. Dalam wawancara tersebut saya agak kebingungan karna jawaban yang diberikan kurang nyambung dengan pertanyaan yang saya berikan sehingga peneliti harus mengulang beberapa kali pertanyaan dengan cara penyampaian yang berbeda sampai narasumber tersebut paham dengan maksud pertanyaan saya. Saya memaklumi hal tersebut mungkin disebabkan oleh faktor umur yang lumayan tua.
Pertama sekali observasi langsung saya kebingungan untuk bertindak. Dalam kebingungan tersebut saya tidak merasa panik. Akhirnya saya minta arahan dari dosen pembimbing untuk memberikan gambaran umum apa yang harus saya lakukan. Untuk mendapatkan data yang lengkap saya melakukan penelitian tidak hanya pada satu pernikahan tetapi pada tiga pernikahan. Pernikahan pertama yang saya teliti yaitu pada pasangan Ali Arianto dan Rika. Keluarga Rika adalah tetangga kami Rumah kami yang berdekatan merupakan kemudahan bagi saya untuk selalu berada di lokasi penelitian. Pernikahan ini merupakan sampel utama dalam penelitian saya. Disini saya diberikan peran sebagai pendamping pengantin saat akad nikah dan arak-arakan. Pada posisi tersebutlah saya lebih mudah untuk mendapatkan data dengan jelasnya. Walau data peneliti dapatkan dengan mudahnya tetap saja ada data yang tidak sempat di amati dengan penuh karna perlu penjelasan-penjelasan dari mempelai dan masyarakat yang terlibat. Sebagai pembanding saya melakukan penelitian pada pernikahan lainnya.
Pernikahan yang kedua adalah pada pasangan Ferdiansyah dan Hawati. Keluarga dari mempelai ini tidak terlalu saya kenal, bahkan saya bertanya pada masyarakat tentang tuan rumahnya. Dalam penelitian ini saya hanya mengamati dan membandingkan dengan pernikahan yang pertama. Karena hanya mengamati jadi tidak ada hambatan bagi saya.
Pernikahan yang ketiga ini adalah penikahan pada pasangan Rudi dan Suriana. Mempelai perempuan adalah bibi saya. Dalam pernikahan ini saya terlibat langsung mulai dari persiapan hingga akhir pernikahan. Apapun peran yang ingin saya kehendaki bisa saya peroleh disini. Seluruh perkembangan tentang pernikahan ini saya peroleh dengan mudah karena peneliti sangat akrab dengan mempelai serta seluluh keluarga saya menjadi panitia pelaksana. Apalagi mereka tahu saya sedang melakukan penelitian tentang pernikahan. Banyak sekali peran yang peneliti ambil disini seperti mainang dalam akad nikah dan pulang memulangkan. Terkadang saya ikut-ikutan apa yang dilakukan oleh mempelai perempuan seperti betangas (mandi uap dengan rempah-rempah). Saya juga berperan sebagai penyedia kebutuhan-kebutuhan mempelai seperti mencarikan makanan, mengantar mempelai, membeli barang keperluan mempelai, menyediakan bahan-bahan cikraman, menghias rumah, menemankan mempelai jika berpergian bahkan peneliti tidur bersama mempelai perempuan pada saat pesta pernikahan. Selain itu pernah pinjam gaun pengantin yang disewanya untuk sekedar berfoto pasang aksi. Begitu kepercayaan oleh mereka diberikan kepada saya untuk membantu semua pelaksanaan pernikahan.
Dalam melakukan penelitian saya merasa orang yang bodoh sekaligus orang yang pintar. Bodoh karena saya menanyakan apa yang sebenarnya tidak perlu saya tanyakan lagi dan sudah pantas saya ketahui sebelumnya. Berhubung peneliti berasal dari desa tersebut dan sering berperan dalam pernikahan. Pintar karena masyarakat menganggap peneliti sebagai seorang mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka menghargai peneliti. Keberadaan saya menjadi perhatian mereka saat melakukan observasi. Hal tersebut karna jarang sekali ditemukan seorang cewek berperan dalam prosesi pernikahan.
Dalam penelitian tersebut tidaklah terlalu sulit bagi peneliti karna rata-rata orang yang menjadi narasumber telah peneliti kenal dan mereka mengenal peneliti. Walau demikian tidak selamanya data yang peneliti dapatkan diperoleh dengan mudah, perlu proses untuk mendapatkannya. Salah satunya disebabkan oleh ketertutupan masyarakat untuk mengatakan apa adanya. Seperti saat meneliti menanyakan jumlah uang antaran dan jenis-jenis barang yang diberikan secara mendetail. Narasumber tampak malu mengatakan apa yang sebenarnya. Saya mengirakan bahwa narasumber yang saya hadapi berkarakter tertutup dan pendiam. Hal tersebut membuat kesulitan kepada saya untuk mendapatkan yang lebih detail. Selain itu kemungkina naraer sumbmerasa saya sudah tau jawabannya. Ia hanya menjawab dengan membandingkan apa yang menjadi pengetahuan masyarakat secara umum.
Selama penelitan, tidak semua masyarakat desa mengetahui tentang penelitian yang saya lakukan, tapi sebagian besar pemuka agama dan tokoh masyarakat serta keluarga saya mengetahui hal tersebut. Bagi yang mengetahui mereka sangat memberikan antusias terhadap penelitian yang saya lakukan. Seperti memberikan informasi terhadap situasi-situasi yang akan terjadi pada hari tersebut.
Kamera digital sangat membantu saya dalam penelitian karna selain mendapatkan info yang banyak ternyata sebagian besar masnyarakat senang jika di foto. Hal ini mempermudah saya untuk berkomunikasi dengan mereka. Dengan adanya kamera terkesan peneliti menjadi orang yang diharapkan hadir. Khususnya para nenek-nenek dan anak kecil. Mereka sangat senang melihat hasilnya setelah di foto.
Dari penelitian tersebut banyak sekali hikmah yang dapat saya rasakan sehingga menjadi bekal dalam kehidupan. Kesulitan yang diperoleh dalam penelitian adalah suatu yang wajar karna hal tersebut merupakan tantangan dalam penelitian.
Sekian.

Minggu, 21 Desember 2008

Sahabat Dekatku

Sahabat dekat adalah sahabat yang senantiasa ada saat dibutuhkan, ia hadir menambah keimanan, ia tiada membangkitkan kerinduan. Sahabat dekat tidak akan punah karna waktu dan tak akan berpisah walau jarak membatasi. Aku mempunyai sahabat dekat yang sangat membuat hati ini menangis ketika ia jauh, yang membuat hati ini terharu karna cinta yang diberikan.
Akhwat Watasyiwa kami berikan pada kumpulan ini, dengan harapan akan mengikat rasa persaudaraan, kerbersamaan dan pengertian. Mimin, Ida, Eka, Rebina, dan Kiki adalah sahabat dekatku. Tak akan penah ku lupakan sepanjang masa.