Jumat, 20 Februari 2009

Aku Mencintai Seorang Pria


Hari berganti hari, minggu silih berganti dan bulanpun berlalu, saat aku mengenalnya hingga sekarang saat aku takut jauh darinya. Awal berjumpa ia hanya biasa saja, tidak terlihat suatu yang istimewa darinya. Hari-hari berlalu tampa kusadari, sebuah nama telah terukir rapi dalam hatiku. Aku tidak tahu sejak kapan ia mulai hadir menorehkan susunan hurup dihatiku. Sebuah nama yang tidak pernah aku kehendaki. Yang tidak pernah izin bersemi dalam lubuk hatiku dan mengambil bagian didalamnya. Ia hadir sendirinya tanpa ku minta.

Berada didekatnya memberikan ketenangan bagiku, tatapan matanya membuat aku tersipu-sipu. Tutur katanya membuat aku tergoda. Senyumannya semakin membuat aku tergila-gila. Hari-hari terasa sepi tanpa hiasan sms darinya di HP ku. Malamku terasa indah dengan Alaram tahajud olehnya.

Wahai hati, maafkan aku yang telah dzolim padamu. Aku tidak pantas menghadirkan ia melekat dalam hatiku, karna ia bukan hak priogratifku. Ia milik semua orang. Ia belum berhak untuk kucintai. Wahai hati, bukan maksudku untuk menyimpan cinta untuknya, tapi aku menyadari kelemahanku yang tidak bisa tegas pada rasa simpati ku padanya.

Aku tahu, aku gak boleh mencintainya, dan ia juga gak boleh mencintaiku. Tidak ada kata pacaran sebelum menikah dalam Islam. Aku mencoba menghilangkan ia dalam memori di hatiku. Tapi aku tak pernah berhasil, aku terlalu sayang untuk mendelete namanya dalam hatiku. Ia terlalu berkesan dalam sebuah kenangan masa laluku. Ia begitu sempurna di mataku. Walau sebenarnya banyak yang lebih sempurna.

Cintaku muncul dari sebuah kebencian, kebencian yang teramat menyakitkan. Aku heran pada hati ini, walau hati ini sudah sering dikecawakan olehnya tapi mengapa hati ini gak pernah kapok untuk berhenti, dan menghentikan semuanya. Mengapa ia harus hadir tapi dengan membawa pilu untuk menahan.

Aku gak tau apa maksud Allah yang telah menghadirkan ia dalam hatiku. Apakah ini ujian agar aku tetap menjaga hati. Seperti teman-temanku menjaga hatinya. Aku tau aku tidak boleh memetik buah yang belum matang, setelah sekian lama aku rawat untuk memetiknya dalam keadaan yang siap untuk dipetik.

Demi kebersihan hati, aku harus berusaha mendeletenya dalam memori hatiku, walau itu sulit, tapi aku harus tetap berusaha. Memori hatiku memang belum bisa didelete, tapi memori di HP ku, namanya sudah kudelet habis. Sehingga aku tidak mudah tergoda untuk dengan mudahnya untuk menghubunginya.

Sebelum kami melangkah lebih jauh, sebelum ada kata kecewa dan terluka. Lebih baik aku menghentikan semua sampai disini. Aku tahu interaksi kami sudah terlalu jauh.

Ya Allah, salah kah aku yang telah mencintainya, salahkah aku ketika aku tampa sengaja ia hadir dalam hatiku.
Kalo memang berjodoh, suatu hari nanti pasti dipersatukan. Tapi kalo emang tidak mengapa harus bersakit-sakitan dengan memendam rasa. Allah maha tahu atas semua yang terbaik bagi kami.


Ttd


UMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar