Tia berubah, dua bulan belakangan ini aku meliat Tia tidak seperti biasanya. Ia yang sering kumpul saat habis sholat duhur di masjid kampus, kini langsung pulang kekontrakan barunya. Aku sudah jarang melihat ia aktif di sekretariat LDK. Terasa ada yang hilang dalam diirinya. Tidak seenerjik yang dulu, tidak seramah yang pernah kukenal. Nasehat-nasehatnya sudah jarang ku dengar. Dialah yang selalu mengingatkan kami untuk tegar dijalan dakwah ini.
Tia yang sangat anggun dengan jilbab lebarnya, yang penuh keibuan saat menyapa dan senyumnya yang lembut. Mengapa kini tia berbeda dengan apa yang diucapkannya. Dia bilang tidak ada pacaran dalam Islam kecuali setelah menikah tapi ku melihat ada gejala orang sedang pacaran dalam sikapnya. Pernah suatu ketika, aku melihat ia tertawa sendiri saat membaca sms, ia sering kali sms-an yang ndak jelas dengan siapa. Ketika ditanya ia hanya bilang sms dari teman. Ketika ke toko buku bacaannya juga sudah jauh berbeda, ketika dulu kami suka baca buku pergerakan, buku-buku materi keislaman dan novel kini bacaannya adalah buku keluarga dan mendidik anak. Aku mencurigai kelakuannya, sempat aku mengutarakan hal ini pada teman satu kelompokku, mereka hanya bilang jangan berburuk sangka mungkin saja dia lagi persiapan mau nikah.
Tia yang dulu kukenal sangat menjaga jarak dengan ikhwan, amal yauminya begitu bagus, tutur kata yang lembut, dan ia sering memberikan taujih-taujih yang sejuk dihati. Ia jarang berinteraksi dengan ikhwan kecuali jika ada perlu. Tapi kok sekarang ia sering ditelpon dan sms-an seperti seseorang yang sedang jatuh cinta. Aku takut, takut jika temanku yang satu ni sedang futur.
Sebelum ada kejelasan tentang dia aku berfikir untuk mengetahui kebenarannya. Daripada terjadi yang enggak-enggak terhadapnya. Untuk itu kuputuskan akan menginap dikontrakan Tia. Aku ingin mengetahui yang sebenarnya terjadi padanya. Tanpa tanda curiga Tia dengan senang hati mengizinkan aku bermalam di kontrakannya. Malampun berlalu aku tak melihat suatu yang janggal darinnya bahkan aku melihat ia sujud panjang dalam tahajudnya dan tilawah sampai azan subuh. Aku hanya mencurigai telpon seorang laki-laki disepertiga malam. Kulihat tampaknya laki-laki tersebut bertujuan membangunkan solat lail. Kudengar ia menelpon agak mesra dalam bahasa yang tidak kupahami sepenhnya. Jika diperkirakan, mereka berbicara sekitar 10 menit. Hal tersebut sengaja tidaj ku ungkapkan langsung sehingga aku mendapat data yang falid untuk mengatakan hal tersebut.
Hari berganti hari, tia tampak lebih tambah rajin kuliah, rajin membaca, mengikuti kajian keislaman apalagi jika materi yang disampaikan adalah materi tentang keluarga. Kami senang akan perubahan sikapnya tapi kami merasakan ada yang berbeda dengan perubahan drastis tersebut.
”Tia hari ini, rencana kami mau ke kafe serasan, ada diskusi politik oleh bang Yandi, kita ikutan ya?”. Kataku mengajak
”Afwan Ran, aku benar-benar ngak bisa. Hari ini aku ada janji ama teman”. Katanya sambil melihatkan wajah kecewa
”Ya udah, biar kami aja yang pergi” Jawab Yeni menyambung
Tia kini lebih aksyik berdiam di kontrakannya. Lagi-lagi teman jadi alasan. Siapa sih teman dikampungnya yang selalu sms dan telponan dengannya itu, padahal setahu aku tidak ada temannya yang lebih akrab selain kami. Apa tidak cukup perhatian Cici, Caca, Tika, Yeni, Tia dan aku yang biasa kami sebut dengan kumpulan Akhwat watasyiwa 2004.
***
Wajah Tia kelihatan lebih pucat, kami khawatir dengan keadaannya. Badannya tampak lemas, matanya sayu, tapi bila ditanya ia hanya bilang bahwa sehat-sehat saja. Hari-hari berikutnya bertambah parah wajahnya yang pucat disertai muntah-muntah, ia juga sering ke wc buang air kecil. Kami sangat menghawatirkan keadaannya. Dengan kekuatan persahabatan yang telah kami bangun sejak empat tahun yang lalu Tia berhasil kami bujuk untuk diantar kepuskesmas dengan biaya ditanggung oleh kami. Karena permintaan tersebut diutarakan bersama maka ia tak bisa membantah lagi. Kami pergi ke puskesmas bersama-sama.
Ibu dokter memeriksa Tia, Tia tampak bercakap-cakap dengan dokter. Kami tidak mendengar percakapan mereka. Setelah menanyakan ke dokter tentang penyakit Tia, ia hanya mengatakan Tia baik-baik saja dan ia harus banyak beristirahat dan makan makanan yang bergizi. Kami merasa tenang setelah Tia diperiksa oleh dokter. Dokter memberikan resep obat yang harus di beli oleh Tia. Kami berharap Tia akan segera sembuh setelah meminum obat tersebut.
”Gimana, saya baik-baik saja bukan? Ngak usah khawatir lagi ya ” kata Tia sambil tersenyum.
”Iya, walau kamu tidak napa-napa kamu harus ikut pesan dokter tadi, banyak istirahat, makan yang bergizi dan jangan lupa minum obatnya. Mulai besok kami akan bergiliran menemani kamu dirumah.”
”ee... kalian jangan repot-repot deh, aku bisa jaga diri kok”
”Tia, gimana kami ngak khawatir kamu yang sudah kami anggap saudara sendiri sedang sakit, kamu telah kami cintai seperti mencintai diri sendiri sudah tentu jika kamu sakit kami juga merasakan sakitnya.” kataku sambill memandangi kelima temanku.
”Terima kasih atas perhatian kawan-kawan, kalian adalah sahabat terbaik yang pernah ku kenal”. Jawab Tia dengan mata berbinar.
”Iya kita sesama saudara harus saling membantu, bukankah kita telah berjanji untuk saling menjaga dan mengingatkan” sambung Tika
Setelah pemeriksaan tersebut kami langsung mengantar Tia ke kontrakannya kecuali Cici dan Caca, mereka langsung mencari makanan untuk Tia. Ia harus membeli Susu, nasi, sayur, dan ikan goreng kesukaan tia agar ia berselera untuk makan
Tia makan dengan lahapnya, kami sangat senang melihatnya. Setelah itu kamipun pulang. Ketika hendak pulang kami melihat Tia ditelpon oleh seseorang, kami tidak terlalu paham dengan apa yang diucapkan karna ia menggunakan bahasa daerahnya, tapi yang jelas terdengar adalah ia menceritakan keadaannya yang lagi sakit dan baru pulang dari puskesmas.
”Tia, kami pamit dulu ya, assalamualaikum” kataku mengakhiri pertemuan
”Waalaikum salam, sampai ketemu besok dikampus?” Jawab Tia sambil tersenyum
“Iya“ jawab kami serempak
****
Siang hari ini terasa panas, walau panas hati kami terasa tenang karna Tia sehat. wajahnya tidak lagi pucat tapi ia masih muntah-muntah. Untuk menghindari biar Tia tidak kehabisan energi kami mengajaknya bersama-sama kekantin yang ada di pojok kampus. Kuperhatikan Tia tampaknya semangkin mual setelah mencium bau bakso yang ada di kantin Mas Kumis tersebut. Kulihat ia mengambil beberapa buah manisan mangga dan menyimpan dalam tasnya. Hanya satu bungkus yang dibuka dan dimakannya di tempat. Nia makan manisan mangga tersebut dengan lahapnya. Sempat aku terpikir Tia sepertinya sedang mengidam aja. Setahu aku orang yang lagi ngidam biasanya suka yang asam-asam, suka muntah, dan sering tidur. Ah... tak mungkin iakan akhwat baik-baik, lagi pun ia juga belum menikah. Pikirku dalam hati.
Tiba tiba HP Tia berbunyi tanda sms masuk. Dia membukanya dan segera membalasnya. Dan setelah itu kamipun melanjutkan makan siang tersebut dikantin.
” Rani, bisa ngak tolong antarin aku pulang setelah ini”
”Insya Allah Tia, apasih yang tidak untuk mu” jawab ku sambil tersenyum.
”Terima kasih” jawab Tia membalas senyumku.
Aku segera mengantar Tia pulang, dan teman-teman lainnya langsung menuju masjid untuk melakukan sholat Dzuhur berjamaah.
Jam sudah menunjukkan 15:30 ” tit-tit-tit’ bunyi sms masuk, segera ku buka
Ass. Ran, td aku melihat Tia di kafe pantai samudra indah. Ia bersama seorang cowok sedang makan siang. Coba cari tau kebenarannya, apakah ia bersama dengan saudaranya atau keluarganya. Siapa tau bukan diantara kedua-duanya.
Kubaca sms tersebut berulang kali. Aku merasa tak percaya Tia sedang berjalan dengan seorang cowok, padahal ia tidak punya saudara laki-laki maupun keluarga laki-laki yang sebaya dengannya. Tia semakin mencurigakanku.
Otakku dengan segera merespon sms tersebut dan secepatnya aku sms ke 5 temanku yang lain untuk kumpul dan kerumah Tia. Setelah berkumpul kami langsung menuju kerumah Tia. Ketika sampai di rumahnya, Tia kelihatan panik melihat kami. Kami dipersilakan masuk. Dan langsung menuju ruang tengah tempat ia biasa nyantai.
”Eh tumben kawan-kawan datang kesini tanpa kabar terlebih dahulu, tampaknya ada suatu yang penting”
”Benar Tia, ada yang ingin kami sampaikan dan kami tanyakan pada kamu, kamu jangan tersinggung ya”
”Oh iya, silakan aja. Untuk apa aku tersinggung, ya mungkin itu baik untukku”
”Begini Tia, belakangan ini kami melihat suatu yang beda pada dirimu. Kamu sudah jarang-kumpul-kumpul dengan kita lagi, kamu lebih asyik di rumah. Kalo ada kegiatan kampus kamu sering mengelak. kamu sudah tidak seperti yang dulu. Sebenarnya ada apa dengan mu?”
”Maaf”, Tia lari kedapur tampaknya ia muntah lagi. Sementara itu kami melihat ada buku tentang kehamilan dan keluarga sakinah diatas meja komputernya. Hal ini menambah firasatku pada Tia. argumen kami utk bertanya.
”Ndak napa-napa kok. Hanya saja aku pengen istirahat dulu dirumah” jawab Tia menyambung pembicaraan.
”Kami juga khawatir dengan penyakitmu, kamu sering muntah-muntah, makanmu suka yang asam-asam, kamu sering mengantuk dikelas, tampaknya dari ciri-cirinya seperti orang hamil aja, apalagi bacaanmu tentang keluarga melulu. Tuh buktinya”. Sambil kutunjukkan buku yang asa diatas meja komputer. Benar Tia kamu ngak apa-apa?
Muka Tia memerah, tampaknya ini mengena di hatinya.
Air mata Tia bercucuran, tampak diwajahnya orang yang bersalah. Kulihat ia sambil memegangi perutnya.
Tia apa yang terjadi denganmu. Apakah praduga kami benar adanya dan apa benar Tenti ada melihat kamu makan bersama cowok disebuah kafe berduaan. Siapa cowok tersebut Tia.
Ya, semuanya benar, aku memang sedang hamil, aku juga ada pergi ke kafe tersebut.
Semua menangis, kecuali aku, aku masih kesal dengan Tia yang menyembunyikan hal ini kepada kami.
Sekarang mana cowok tersebut.
Assalamualaikum .......
Terdengar suara laki-laki dari depan pintu. Semua mata terarah padanya.
Tampak sosok tubuh Atletis, tinggi dan berkulit putih serta tanpan sedang membawa makanan menghampiri kami. Kelihatannya ia laki-laki baik. Pantas untuk seorang Tia yang cantik dan pintar.
Ia mendekat dan berhenti kearah kami dan duduk disamping Tia.
Tia dia siapa?
Dia Suamiku. Ia datang untuk menjengukku.
Apa???
Suaaaami....
Semua memandang heran, semua terasa tak percaya, kenapa Tia tidak pernah menceritakan hal ini kepada kami. Padahal ia pernah berkata bahwa hanya kamilah teman terdekat dia.
”Tia, mengapa hal ini tidak kamu ceritakan dari awal, kami sangat khawatir padamu”. Kamu ingkar Tia.
”Bukannya aku ingkar tapi aku ingin memberikan suprise pada kalian. Aku sebenarnya sudah dikhitbah dua bulan yang lalu. Awalnya Rencana kami akan menikah tiga bulan setelah di khitbah, tapi mamaku berkehendak lain. Ia tidak mau berlama-lama sampai tiga bulan. Jadi seminggu setelah menghitbah kami langsung diakad nikahkan langsung diadakan. Hanya saja kami belum mengadakan walimah karena belum ada waktu yang pas. Rencananyasih walimahnya 2 minggu ke depan setelah wisudaku nanti.
Sebenarnya aku ingin membuat kejutan dihari wisudaku nanti. Ya dengan memperkenalkan suami rahasiaku selama ini sekaligus memberikan undangan walimahnya.
”Jadi selama ini siapa yang tau akan hal ini”.
Hanya Murobbi dan ketua LDK yang tahu, karena kemaren aku terpaksa memberitahukan hal ini padanya. Sekaligus kiadah kita sepantasnya ane beritahukan.
Maafkan aku sahabat karena merahasiakan hal ini pada kalian. Sebenarnya hal ini sudah saya rencanakan jauh hari sebelum pernikahan. Kehamilan ini merupakan kado terindah untukku.
Mohon doanya ya ukhti, moga pernikahan kami berkah.
Barokallah ya ukhti atas pernikahannya. Kataku mendoakan. Semuanya kembali tersenyum bahagia.
Salam Jihat untuk Akhwat Watasiwa '04, ana uhubbuki fillah ya Ukhti........
Tia yang sangat anggun dengan jilbab lebarnya, yang penuh keibuan saat menyapa dan senyumnya yang lembut. Mengapa kini tia berbeda dengan apa yang diucapkannya. Dia bilang tidak ada pacaran dalam Islam kecuali setelah menikah tapi ku melihat ada gejala orang sedang pacaran dalam sikapnya. Pernah suatu ketika, aku melihat ia tertawa sendiri saat membaca sms, ia sering kali sms-an yang ndak jelas dengan siapa. Ketika ditanya ia hanya bilang sms dari teman. Ketika ke toko buku bacaannya juga sudah jauh berbeda, ketika dulu kami suka baca buku pergerakan, buku-buku materi keislaman dan novel kini bacaannya adalah buku keluarga dan mendidik anak. Aku mencurigai kelakuannya, sempat aku mengutarakan hal ini pada teman satu kelompokku, mereka hanya bilang jangan berburuk sangka mungkin saja dia lagi persiapan mau nikah.
Tia yang dulu kukenal sangat menjaga jarak dengan ikhwan, amal yauminya begitu bagus, tutur kata yang lembut, dan ia sering memberikan taujih-taujih yang sejuk dihati. Ia jarang berinteraksi dengan ikhwan kecuali jika ada perlu. Tapi kok sekarang ia sering ditelpon dan sms-an seperti seseorang yang sedang jatuh cinta. Aku takut, takut jika temanku yang satu ni sedang futur.
Sebelum ada kejelasan tentang dia aku berfikir untuk mengetahui kebenarannya. Daripada terjadi yang enggak-enggak terhadapnya. Untuk itu kuputuskan akan menginap dikontrakan Tia. Aku ingin mengetahui yang sebenarnya terjadi padanya. Tanpa tanda curiga Tia dengan senang hati mengizinkan aku bermalam di kontrakannya. Malampun berlalu aku tak melihat suatu yang janggal darinnya bahkan aku melihat ia sujud panjang dalam tahajudnya dan tilawah sampai azan subuh. Aku hanya mencurigai telpon seorang laki-laki disepertiga malam. Kulihat tampaknya laki-laki tersebut bertujuan membangunkan solat lail. Kudengar ia menelpon agak mesra dalam bahasa yang tidak kupahami sepenhnya. Jika diperkirakan, mereka berbicara sekitar 10 menit. Hal tersebut sengaja tidaj ku ungkapkan langsung sehingga aku mendapat data yang falid untuk mengatakan hal tersebut.
Hari berganti hari, tia tampak lebih tambah rajin kuliah, rajin membaca, mengikuti kajian keislaman apalagi jika materi yang disampaikan adalah materi tentang keluarga. Kami senang akan perubahan sikapnya tapi kami merasakan ada yang berbeda dengan perubahan drastis tersebut.
”Tia hari ini, rencana kami mau ke kafe serasan, ada diskusi politik oleh bang Yandi, kita ikutan ya?”. Kataku mengajak
”Afwan Ran, aku benar-benar ngak bisa. Hari ini aku ada janji ama teman”. Katanya sambil melihatkan wajah kecewa
”Ya udah, biar kami aja yang pergi” Jawab Yeni menyambung
Tia kini lebih aksyik berdiam di kontrakannya. Lagi-lagi teman jadi alasan. Siapa sih teman dikampungnya yang selalu sms dan telponan dengannya itu, padahal setahu aku tidak ada temannya yang lebih akrab selain kami. Apa tidak cukup perhatian Cici, Caca, Tika, Yeni, Tia dan aku yang biasa kami sebut dengan kumpulan Akhwat watasyiwa 2004.
***
Wajah Tia kelihatan lebih pucat, kami khawatir dengan keadaannya. Badannya tampak lemas, matanya sayu, tapi bila ditanya ia hanya bilang bahwa sehat-sehat saja. Hari-hari berikutnya bertambah parah wajahnya yang pucat disertai muntah-muntah, ia juga sering ke wc buang air kecil. Kami sangat menghawatirkan keadaannya. Dengan kekuatan persahabatan yang telah kami bangun sejak empat tahun yang lalu Tia berhasil kami bujuk untuk diantar kepuskesmas dengan biaya ditanggung oleh kami. Karena permintaan tersebut diutarakan bersama maka ia tak bisa membantah lagi. Kami pergi ke puskesmas bersama-sama.
Ibu dokter memeriksa Tia, Tia tampak bercakap-cakap dengan dokter. Kami tidak mendengar percakapan mereka. Setelah menanyakan ke dokter tentang penyakit Tia, ia hanya mengatakan Tia baik-baik saja dan ia harus banyak beristirahat dan makan makanan yang bergizi. Kami merasa tenang setelah Tia diperiksa oleh dokter. Dokter memberikan resep obat yang harus di beli oleh Tia. Kami berharap Tia akan segera sembuh setelah meminum obat tersebut.
”Gimana, saya baik-baik saja bukan? Ngak usah khawatir lagi ya ” kata Tia sambil tersenyum.
”Iya, walau kamu tidak napa-napa kamu harus ikut pesan dokter tadi, banyak istirahat, makan yang bergizi dan jangan lupa minum obatnya. Mulai besok kami akan bergiliran menemani kamu dirumah.”
”ee... kalian jangan repot-repot deh, aku bisa jaga diri kok”
”Tia, gimana kami ngak khawatir kamu yang sudah kami anggap saudara sendiri sedang sakit, kamu telah kami cintai seperti mencintai diri sendiri sudah tentu jika kamu sakit kami juga merasakan sakitnya.” kataku sambill memandangi kelima temanku.
”Terima kasih atas perhatian kawan-kawan, kalian adalah sahabat terbaik yang pernah ku kenal”. Jawab Tia dengan mata berbinar.
”Iya kita sesama saudara harus saling membantu, bukankah kita telah berjanji untuk saling menjaga dan mengingatkan” sambung Tika
Setelah pemeriksaan tersebut kami langsung mengantar Tia ke kontrakannya kecuali Cici dan Caca, mereka langsung mencari makanan untuk Tia. Ia harus membeli Susu, nasi, sayur, dan ikan goreng kesukaan tia agar ia berselera untuk makan
Tia makan dengan lahapnya, kami sangat senang melihatnya. Setelah itu kamipun pulang. Ketika hendak pulang kami melihat Tia ditelpon oleh seseorang, kami tidak terlalu paham dengan apa yang diucapkan karna ia menggunakan bahasa daerahnya, tapi yang jelas terdengar adalah ia menceritakan keadaannya yang lagi sakit dan baru pulang dari puskesmas.
”Tia, kami pamit dulu ya, assalamualaikum” kataku mengakhiri pertemuan
”Waalaikum salam, sampai ketemu besok dikampus?” Jawab Tia sambil tersenyum
“Iya“ jawab kami serempak
****
Siang hari ini terasa panas, walau panas hati kami terasa tenang karna Tia sehat. wajahnya tidak lagi pucat tapi ia masih muntah-muntah. Untuk menghindari biar Tia tidak kehabisan energi kami mengajaknya bersama-sama kekantin yang ada di pojok kampus. Kuperhatikan Tia tampaknya semangkin mual setelah mencium bau bakso yang ada di kantin Mas Kumis tersebut. Kulihat ia mengambil beberapa buah manisan mangga dan menyimpan dalam tasnya. Hanya satu bungkus yang dibuka dan dimakannya di tempat. Nia makan manisan mangga tersebut dengan lahapnya. Sempat aku terpikir Tia sepertinya sedang mengidam aja. Setahu aku orang yang lagi ngidam biasanya suka yang asam-asam, suka muntah, dan sering tidur. Ah... tak mungkin iakan akhwat baik-baik, lagi pun ia juga belum menikah. Pikirku dalam hati.
Tiba tiba HP Tia berbunyi tanda sms masuk. Dia membukanya dan segera membalasnya. Dan setelah itu kamipun melanjutkan makan siang tersebut dikantin.
” Rani, bisa ngak tolong antarin aku pulang setelah ini”
”Insya Allah Tia, apasih yang tidak untuk mu” jawab ku sambil tersenyum.
”Terima kasih” jawab Tia membalas senyumku.
Aku segera mengantar Tia pulang, dan teman-teman lainnya langsung menuju masjid untuk melakukan sholat Dzuhur berjamaah.
Jam sudah menunjukkan 15:30 ” tit-tit-tit’ bunyi sms masuk, segera ku buka
Ass. Ran, td aku melihat Tia di kafe pantai samudra indah. Ia bersama seorang cowok sedang makan siang. Coba cari tau kebenarannya, apakah ia bersama dengan saudaranya atau keluarganya. Siapa tau bukan diantara kedua-duanya.
Kubaca sms tersebut berulang kali. Aku merasa tak percaya Tia sedang berjalan dengan seorang cowok, padahal ia tidak punya saudara laki-laki maupun keluarga laki-laki yang sebaya dengannya. Tia semakin mencurigakanku.
Otakku dengan segera merespon sms tersebut dan secepatnya aku sms ke 5 temanku yang lain untuk kumpul dan kerumah Tia. Setelah berkumpul kami langsung menuju kerumah Tia. Ketika sampai di rumahnya, Tia kelihatan panik melihat kami. Kami dipersilakan masuk. Dan langsung menuju ruang tengah tempat ia biasa nyantai.
”Eh tumben kawan-kawan datang kesini tanpa kabar terlebih dahulu, tampaknya ada suatu yang penting”
”Benar Tia, ada yang ingin kami sampaikan dan kami tanyakan pada kamu, kamu jangan tersinggung ya”
”Oh iya, silakan aja. Untuk apa aku tersinggung, ya mungkin itu baik untukku”
”Begini Tia, belakangan ini kami melihat suatu yang beda pada dirimu. Kamu sudah jarang-kumpul-kumpul dengan kita lagi, kamu lebih asyik di rumah. Kalo ada kegiatan kampus kamu sering mengelak. kamu sudah tidak seperti yang dulu. Sebenarnya ada apa dengan mu?”
”Maaf”, Tia lari kedapur tampaknya ia muntah lagi. Sementara itu kami melihat ada buku tentang kehamilan dan keluarga sakinah diatas meja komputernya. Hal ini menambah firasatku pada Tia. argumen kami utk bertanya.
”Ndak napa-napa kok. Hanya saja aku pengen istirahat dulu dirumah” jawab Tia menyambung pembicaraan.
”Kami juga khawatir dengan penyakitmu, kamu sering muntah-muntah, makanmu suka yang asam-asam, kamu sering mengantuk dikelas, tampaknya dari ciri-cirinya seperti orang hamil aja, apalagi bacaanmu tentang keluarga melulu. Tuh buktinya”. Sambil kutunjukkan buku yang asa diatas meja komputer. Benar Tia kamu ngak apa-apa?
Muka Tia memerah, tampaknya ini mengena di hatinya.
Air mata Tia bercucuran, tampak diwajahnya orang yang bersalah. Kulihat ia sambil memegangi perutnya.
Tia apa yang terjadi denganmu. Apakah praduga kami benar adanya dan apa benar Tenti ada melihat kamu makan bersama cowok disebuah kafe berduaan. Siapa cowok tersebut Tia.
Ya, semuanya benar, aku memang sedang hamil, aku juga ada pergi ke kafe tersebut.
Semua menangis, kecuali aku, aku masih kesal dengan Tia yang menyembunyikan hal ini kepada kami.
Sekarang mana cowok tersebut.
Assalamualaikum .......
Terdengar suara laki-laki dari depan pintu. Semua mata terarah padanya.
Tampak sosok tubuh Atletis, tinggi dan berkulit putih serta tanpan sedang membawa makanan menghampiri kami. Kelihatannya ia laki-laki baik. Pantas untuk seorang Tia yang cantik dan pintar.
Ia mendekat dan berhenti kearah kami dan duduk disamping Tia.
Tia dia siapa?
Dia Suamiku. Ia datang untuk menjengukku.
Apa???
Suaaaami....
Semua memandang heran, semua terasa tak percaya, kenapa Tia tidak pernah menceritakan hal ini kepada kami. Padahal ia pernah berkata bahwa hanya kamilah teman terdekat dia.
”Tia, mengapa hal ini tidak kamu ceritakan dari awal, kami sangat khawatir padamu”. Kamu ingkar Tia.
”Bukannya aku ingkar tapi aku ingin memberikan suprise pada kalian. Aku sebenarnya sudah dikhitbah dua bulan yang lalu. Awalnya Rencana kami akan menikah tiga bulan setelah di khitbah, tapi mamaku berkehendak lain. Ia tidak mau berlama-lama sampai tiga bulan. Jadi seminggu setelah menghitbah kami langsung diakad nikahkan langsung diadakan. Hanya saja kami belum mengadakan walimah karena belum ada waktu yang pas. Rencananyasih walimahnya 2 minggu ke depan setelah wisudaku nanti.
Sebenarnya aku ingin membuat kejutan dihari wisudaku nanti. Ya dengan memperkenalkan suami rahasiaku selama ini sekaligus memberikan undangan walimahnya.
”Jadi selama ini siapa yang tau akan hal ini”.
Hanya Murobbi dan ketua LDK yang tahu, karena kemaren aku terpaksa memberitahukan hal ini padanya. Sekaligus kiadah kita sepantasnya ane beritahukan.
Maafkan aku sahabat karena merahasiakan hal ini pada kalian. Sebenarnya hal ini sudah saya rencanakan jauh hari sebelum pernikahan. Kehamilan ini merupakan kado terindah untukku.
Mohon doanya ya ukhti, moga pernikahan kami berkah.
Barokallah ya ukhti atas pernikahannya. Kataku mendoakan. Semuanya kembali tersenyum bahagia.
Salam Jihat untuk Akhwat Watasiwa '04, ana uhubbuki fillah ya Ukhti........
Antum Sahabat dunia akhirat ane
Tidak ada komentar:
Posting Komentar